Maungpersib.com – Malut United, klub sepak bola yang berkiprah di Liga 2 Indonesia pada musim 2023/2024. Telah mencuri perhatian banyak pihak dengan performa yang luar biasa dan janji dukungan finansial yang mengesankan. Setelah berhasil memperoleh tiket promosi ke BRI Liga 1 2024/2025. Tim yang di juluki Naga Gamalama ini mulai membuktikan bahwa mereka layak bermain di level tertinggi sepak bola Indonesia.
Namun, perjalanan mereka menuju Liga 1 dan pulangnya ke Ternate, Maluku Utara, bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah stadion kandang mereka, Stadion Gelora Kie Raha, yang harus menjalani renovasi besar-besaran agar memenuhi standar BRI Liga 1. Artikel ini akan membahas perjalanan Malut United, tantangan yang di hadapi, serta antusiasme yang mengiringi kepulangan mereka ke kampung halaman.
Baca juga: Akademi Persib
Perjalanan Malut United ke Liga 1
Sejak awal, Malut tampil mengesankan di Liga 2. Di bawah kepelatihan Imran Nahumarury, tim ini menunjukkan permainan solid dan berhasil mengamankan tiket promosi ke BRI Liga 1, kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Kemenangan mereka tidak hanya di lihat dari segi teknik permainan, tetapi juga dari sisi pengelolaan tim yang matang, yang di padukan dengan dukungan finansial yang kuat.
Skuad Malut United, yang di isi oleh sejumlah pemain bintang, berhasil membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dengan tim-tim terbaik di Indonesia. Namun, meski berhasil promosi, perjalanan Malut
United untuk bermain di stadion kandang mereka, Stadion Gelora Kie Raha, masih harus menunggu beberapa waktu. Stadion ini, yang terletak di Ternate, Maluku Utara, harus menjalani serangkaian renovasi agar memenuhi standar kualitas yang di butuhkan untuk pertandingan BRI Liga 1.
Proses Renovasi Stadion Gelora Kie Raha
Stadion Gelora Kie Raha memiliki sejarah panjang di dunia sepak bola Indonesia, terutama di kawasan Indonesia Timur. Stadion ini berdiri pada tahun 1975 dan sejak itu telah menjadi saksi dari banyak pertandingan sepak bola penting. Namun, selama beberapa tahun terakhir, stadion ini belum pernah digunakan untuk pertandingan di liga nasional. Hal ini menyebabkan kondisi stadion semakin menurun, dan itu menjadi salah satu alasan mengapa Malut United harus menunggu untuk bisa bermain di sana.
– Anggaran Renovasi dan Sumber Dana
Proses renovasi Stadion Gelora Kie Raha memakan biaya yang tidak sedikit, yakni sekitar Rp11 miliar. Dana renovasi ini sebagian besar berasal dari Malut United sendiri, meskipun ada juga kontribusi dari pemerintah daerah.
Proses renovasi mencakup berbagai aspek penting, seperti perbaikan lapangan, peningkatan kualitas tribune, dan pemasangan sistem pencahayaan yang sesuai standar. Stadion ini juga di lengkapi dengan fasilitas lainnya, seperti ruang ganti pemain yang lebih baik dan fasilitas media yang lebih modern, agar sesuai dengan tuntutan Liga 1.
Renovasi stadion ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas fasilitas yang ada, baik untuk tim, pemain, maupun suporter. Sebagai stadion yang akan menjadi rumah bagi Malut United, Gelora Kie Raha harus dapat memberikan kenyamanan yang maksimal bagi semua pihak yang terlibat dalam pertandingan.
– Peningkatan Kualitas Lapangan dan Fasilitas Lainnya
Salah satu bagian utama dari renovasi adalah perbaikan lapangan stadion. Stadion Gelora Kie Raha sebelumnya memiliki rumput lapangan yang tidak lagi memenuhi standar untuk pertandingan liga profesional. Dengan penggantian rumput yang lebih berkualitas, di harapkan permainan akan lebih baik dan mengurangi risiko cedera bagi pemain.
Selain lapangan, fasilitas tribun juga mendapat perhatian khusus. Renovasi tribun di lakukan untuk memastikan kenyamanan para suporter yang datang untuk menyaksikan pertandingan. Tempat duduk yang lebih nyaman, serta sistem pencahayaan yang lebih baik, adalah bagian dari upaya untuk memastikan pengalaman menonton yang optimal.
Baca juga: prediksi Indonesia dan Myanmar
Kepulangan Malut United ke Ternate: Gairah yang Meningkat
Setelah menjalani 10 pekan pertama BRI Liga 1 2024/2025 dengan laga kandang yang di adakan di Jakarta dan Yogyakarta, akhirnya Malut United kembali ke Ternate. Kepulangan mereka di sambut dengan antusiasme tinggi dari para suporter setia. Untuk pertama kalinya sejak promosi, Malut United bisa merasakan atmosfer bermain di rumah mereka, Stadion Gelora Kie Raha.
– Semangat yang Meningkat di Kalangan Pemain
Pelatih Malut United, Imran Nahumarury, mengungkapkan bahwa kepulangan ke Ternate memberikan motivasi ekstra bagi para pemain. Mereka tahu bahwa bermain di stadion ini bukan hanya soal tiga poin, tetapi juga tentang membangkitkan kembali semangat masyarakat Maluku Utara untuk sepak bola.
Imran mengatakan, “Bermain di Kie Raha menjadi motivasi lebih sekaligus tantangan bagi kami. Kie Raha merupakan salah satu stadion paling angker bagi tim-tim tamu, dan pemain sudah berkomitmen untuk meraih tiga poin pada laga besok.”
Dengan stadion yang penuh gairah dan dukungan fanatik dari para suporter, Malut United bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam setiap pertandingan mereka di Ternate.
– Kembalinya Semangat Sepak Bola di Maluku Utara
Kepulangan Malut United ke Ternate membawa angin segar bagi masyarakat Maluku Utara, yang sudah lama merindukan tim sepak bola yang berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Maluku Utara di kenal memiliki banyak bakat sepak bola, namun setelah Persiter Ternate terakhir kali tampil di Liga 1 pada 2007, wilayah ini tidak memiliki perwakilan di liga level tertinggi.
Kini, dengan adanya Malut United, gairah sepak bola di Maluku Utara kembali terbangun. Para suporter yang sudah lama menunggu akhirnya bisa menyaksikan tim mereka bermain di rumah mereka sendiri. Ini adalah momen yang tidak hanya penting bagi Malut United, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Maluku Utara yang merasa bangga bisa memiliki klub yang berlaga di Liga 1.
Kenangan dan Harapan Baru untuk Maluku Utara
Sebagai daerah yang kaya akan sejarah sepak bola. Maluku Utara memiliki kenangan indah bersama Persiter Ternate, yang pernah meramaikan kompetisi Liga Indonesia pada tahun 2007. Pada masa itu, Persiter Ternate di huni oleh pemain-pemain legendaris. salah satunya adalah Rahmat “Pochi” Rivai, yang menjadi ikon bagi tim tersebut. Kepulangan Malut United ke Liga 1 mengingatkan masyarakat Maluku Utara akan masa kejayaan sepak bola mereka di masa lalu.
Dengan keberadaan Malut United di Liga 1, ada harapan besar bagi perkembangan sepak bola di Maluku Utara. Keberhasilan tim ini di level tertinggi bukan hanya akan memberi kebanggaan, tetapi juga dapat membuka jalan bagi generasi muda di Maluku Utara untuk mengejar karir sepak bola mereka. Kehadiran Malut United memberikan kesempatan bagi para pemain muda lokal untuk tampil di level yang lebih tinggi, serta membawa lebih banyak perhatian ke daerah ini.
Tantangan di BRI Liga 1: Menjaga Konsistensi
Meski telah berhasil promosi ke Liga 1, tantangan besar menanti Malut United. Liga 1 adalah kompetisi yang penuh dengan tim-tim besar dan berpengalaman. Untuk bisa bertahan dan bersaing di level ini, Malut United harus menjaga konsistensi performa mereka. Bersaing dengan tim-tim besar seperti Persija Jakarta, Arema FC, dan Persib Bandung tentu bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan semangat dan motivasi tinggi, Malut United memiliki potensi untuk berkembang dan mengukir prestasi yang lebih tinggi.
Baca juga: jadwal pertandingan persib
Kesimpulan
Kepulangan Malut United ke Stadion Gelora Kie Raha bukan hanya sekadar kembalinya sebuah tim sepak bola ke kandangnya. Ini adalah momen bersejarah yang menghidupkan kembali semangat sepak bola di Maluku Utara. Dukungan dari suporter setia dan atmosfer stadion yang penuh gairah menjadi faktor penting dalam perjalanan Malut United di Liga 1.
Maluku Utara kembali memiliki wakil yang bisa di banggakan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, dan harapan untuk perkembangan sepak bola di daerah ini semakin terbuka lebar. Dengan performa yang solid dan semangat juang yang tinggi, Malut United siap menghadapi tantangan besar di Liga 1. Kepulangan mereka ke Ternate bukan hanya membawa Malut United pulang, tetapi juga menghidupkan kembali gairah sepak bola yang telah lama hilang dari Maluku Utara.