maungpersib.com – Kompetisi Super League 2025/2026 hanya tinggal menghitung hari. Namun, fakta mencengangkan datang dari susunan pelatih klub-klub peserta musim ini, hanya satu pelatih yang berasal dari Indonesia. Fenomena ini menyentil kembali persoalan lama soal kurangnya kepercayaan terhadap pelatih lokal di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Musim ini, Hendri Susilo menjadi satu-satunya nama dari Indonesia yang dipercaya menjadi pelatih kepala. Ia didapuk untuk menukangi Malut United, menggantikan Imran Nahumarury yang musim lalu sukses membawa tim tersebut finis di posisi tiga besar klasemen.
Penurunan Signifikan dari Musim Sebelumnya
Musim 2024/2025 masih memberikan ruang bagi empat pelatih lokal. Saat itu, nama-nama seperti Imran Nahumarury, Hendri Susilo, Rahmad Darmawan, dan Widodo C. Putro masuk dalam daftar pelatih kepala.
Namun kini, hanya Hendri Susilo yang tersisa. Ini berarti terjadi penurunan drastis, dan memperkuat tren dominasi pelatih asing dalam beberapa musim terakhir. Situasi ini menimbulkan pertanyaan, apakah pelatih lokal benar-benar kalah kualitas atau sistem yang belum mendukung mereka berkembang?
Hendri Susilo, Harapan Terakhir Pelatih Lokal
Hendri Susilo bukan nama asing dalam dunia kepelatihan nasional. Pria asal Bukittinggi ini punya rekam jejak panjang, pernah menangani klub-klub seperti Persiraja, Persikabo, dan Persiba. Di musim lalu, ia memang belum mendapat kepercayaan, namun kini ia diharapkan mampu melanjutkan jejak kesuksesan Imran bersama Malut United.
Menariknya, Malut United kini diperkuat banyak nama besar, termasuk beberapa bintang Timnas Indonesia. Duet kembar Sayuri, yakni Yakob dan Yance Sayuri, siap memperkuat sayap serangan. Tak hanya itu, mereka juga mendatangkan empat eks pemain Persib Bandung yang berhasil menjadi juara musim lalu, Gustavo Franca, Tyronne del Pino, Ciro Alves, dan David Da Silva.
Dengan materi pemain sekelas itu, tantangan besar menanti Hendri. Namun di sisi lain, ini juga jadi peluang emas untuk menunjukkan bahwa pelatih lokal bisa bersaing jika diberi sumber daya yang memadai.
PSBS Biak dan Perekrutan Pelatih Asal Angola
Sementara itu, PSBS Biak menjadi salah satu tim terakhir yang mengumumkan pelatih barunya. Mereka memilih Divaldo Alves, pelatih asal Angola yang sudah cukup lama berkiprah di Indonesia, termasuk bersama Persikabo dan Madura United.
Pemilihan Divaldo menunjukkan bahwa klub-klub kini lebih memilih pelatih asing dengan pengalaman lokal dibanding pelatih lokal sendiri. Ini menjadi ironi tersendiri, mengingat Divaldo pun tidak memiliki prestasi yang jauh melampaui pelatih-pelatih lokal.
Dominasi Pelatih Belanda di Super League 2025/2026
Menariknya, musim ini mencatatkan tren baru, Belanda menjadi negara penyumbang pelatih terbanyak. Ada empat nama dari negeri kincir angin yang dipercaya menangani klub-klub di Super League 2025/2026:
- Jan Olde Riekerink: Dewa United
- Johnny Jansen: Bali United
- Peter de Roo: Persis Solo
- Jean-Paul van Gastel: PSIM Yogyakarta
Fenomena ini boleh jadi berkaitan erat dengan datangnya Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia. Efek domino dari keputusan PSSI ini bisa jadi membuka jalan bagi pelatih asal Belanda lain untuk masuk ke ekosistem sepak bola nasional.
Daftar Lengkap Pelatih Super League 2025/2026
Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai dominasi pelatih asing musim ini, berikut adalah daftar lengkap pelatih yang akan memimpin masing-masing klub peserta Super League 2025/2026. Daftar ini menunjukkan dari mana asal para pelatih dan memperkuat fakta bahwa pelatih lokal nyaris tak mendapat tempat:
| Klub | Pelatih | Negara Asal |
| Persib Bandung | Bojan Hodak | Kroasia |
| Dewa United | Jan Olde Riekerink | Belanda |
| Malut United | Hendri Susilo | Indonesia |
| Persebaya Surabaya | Eduardo Perez | Spanyol |
| Borneo FC | Fabio Lefundes | Brasil |
| PSM Makassar | Bernardo Tavares | Portugal |
| Persija Jakarta | Maurizio Souza | Brasil |
| Bali United | Johnny Jansen | Belanda |
| PSBS Biak | Divaldo Alves | Angola |
| Arema FC | Marcos Santos | Brasil |
| Persita Tangerang | Carlos Pena | Spanyol |
| Persik Kediri | Ong Kim Swee | Malaysia |
| Semen Padang | Eduardo Almeida | Portugal |
| Persis Solo | Peter de Roo | Belanda |
| Madura United | Alfredo Vera | Argentina |
| PSIM Yogyakarta | Jean-Paul van Gastel | Belanda |
| Bhayangkara Presisi Lampung FC | Paul Munster | Irlandia Utara |
| Persijap Jepara | Mario Lemos | Portugal |
Apa Penyebab Minimnya Pelatih Lokal?
Fenomena hanya satu pelatih lokal di Super League musim ini tentu menimbulkan tanda tanya besar. Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab minimnya kepercayaan terhadap pelatih asal Indonesia. Berikut beberapa alasan utama yang turut memengaruhi situasi tersebut:
1. Sertifikasi dan Lisensi
Banyak pelatih lokal belum memiliki lisensi A AFC atau Pro License, yang menjadi syarat mutlak untuk melatih di level tertinggi. Proses lisensi ini mahal dan butuh waktu lama, sehingga hanya sedikit pelatih Indonesia yang memenuhi syarat.
2. Minimnya Prestasi dan Jam Terbang
Banyak klub cenderung melihat rekam jejak sebagai tolok ukur utama. Karena pelatih lokal jarang mendapat kesempatan di level atas, maka pengalaman mereka dianggap kurang kompetitif dibandingkan pelatih asing.
3. Mentalitas Klub yang Ingin Instan
Beberapa klub menginginkan hasil cepat dan percaya pelatih asing lebih punya “nilai jual”. Ini membuat pelatih lokal sering jadi pilihan kedua atau hanya pelengkap.
Apa Solusinya?
Melihat realita minimnya pelatih lokal di Super League, tentu di perlukan langkah konkret untuk membalikkan keadaan. Jika ingin meningkatkan jumlah pelatih lokal, perlu ada strategi jangka panjang, Beberapa solusi berikut bisa menjadi jalan keluar agar pelatih Indonesia kembali mendapat kepercayaan dan ruang berkembang di level tertinggi, antara lain:
- Subsidi pelatihan dan lisensi dari PSSI
- Kesempatan magang atau asistensi di level tinggi
- Peningkatan fasilitas pelatihan dan kompetisi internal
- Keberpihakan klub dalam membina pelatih muda lokal
Pelatih seperti Imran Nahumarury, Rahmad Darmawan, dan Widodo C. Putro harus tetap di beri ruang untuk melatih dan berkembang, bukan hanya di jadikan solusi darurat ketika pelatih asing gagal.
Baca juga: PERSIB Resmi Bertolak ke Thailand, Ini Daftar Pemain yang Ikut TC dan Target yang Ingin Dicapai
Perbandingan Jumlah Pelatih Lokal vs Asing dalam 5 Musim Terakhir
Jika menilik ke belakang, dominasi pelatih asing di kompetisi kasta tertinggi Indonesia bukanlah hal baru. Namun, penurunan jumlah pelatih lokal dari musim ke musim semakin terasa signifikan. Berikut perbandingan jumlah pelatih lokal dalam lima musim terakhir:
- 2021/2022: 6 pelatih lokal
- 2022/2023: 5 pelatih lokal
- 2023/2024: 3 pelatih lokal
- 2024/2025: 4 pelatih lokal
- 2025/2026: hanya 1 pelatih lokal
Data ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Pelatih lokal semakin tersisih, meski beberapa dari mereka sempat menunjukkan prestasi. Penurunan ini juga mengindikasikan bahwa regenerasi pelatih lokal belum berjalan maksimal.
Tanpa dukungan konkret dari federasi dan klub, bukan tidak mungkin ke depan jumlah pelatih Indonesia bisa benar-benar nol di level tertinggi.
Harapan untuk Masa Depan Pelatih Lokal
Minimnya jumlah pelatih asal Indonesia di Super League 2025/2026 adalah tamparan keras sekaligus pengingat bahwa sumber daya manusia sepak bola kita belum optimal di berdayakan. Hendri Susilo kini memanggul beban sebagai satu-satunya perwakilan pelatih lokal.
Namun, jika ia sukses membawa Malut United berprestasi, bisa jadi itu menjadi titik balik kebangkitan pelatih Indonesia. Maka, tugas kita semua – federasi, klub, dan publik – adalah mendukung dan menciptakan iklim yang adil agar pelatih lokal tidak selalu menjadi pilihan terakhir.

