Maungpersib.com – Calvin Verdonk, bek serbabisa Timnas Indonesia yang saat ini membela klub Eredivisie, NEC Nijmegen, belum bisa melupakan kekalahan pahit timnya dari FC Twente dalam laga play-off semifinal Eredivisie untuk merebut satu tiket menuju UEFA Conference League musim 2025/2026. NEC Nijmegen harus mengubur mimpinya untuk tampil di kompetisi antarklub Eropa usai dikalahkan dengan skor tipis 2-3 oleh FC Twente.
Laga krusial tersebut berlangsung di markas FC Twente, Stadion De Grolsch Veste, Enschede, pada Jumat (23/5/2025) dini hari WIB. Pertandingan ini mendapat sorotan dari publik sepak bola Indonesia karena menampilkan dua pemain naturalisasi Indonesia, yakni Calvin Verdonk di kubu NEC Nijmegen, dan Mees Hilgers di kubu FC Twente.
Dalam pertandingan penuh tensi tinggi tersebut, NEC Nijmegen sempat memberikan perlawanan sengit. Mereka bahkan sempat unggul secara psikologis saat FC Twente bermain dengan 10 orang. Namun, pada akhirnya tim tuan rumah berhasil keluar sebagai pemenang melalui gol-gol dari Michal Sadilek (16′), Sem Steijn (62′), dan Younes Taha (94′). Sementara NEC Nijmegen mencetak gol lewat aksi Kodai Sano (47′) dan Vito van Crooij (55′).
Emosi Memuncak, Calvin Verdonk Tak Mampu Menahan Kekecewaan
Bagi Calvin Verdonk, hasil pertandingan tersebut menjadi salah satu momen terberat dalam kariernya. Ia menunjukkan ekspresi emosional yang luar biasa usai peluit panjang berbunyi. Melansir dari media lokal Forza NEC, Verdonk terlihat sangat kesal, bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa frustrasinya saat meninggalkan lapangan.
Pada menit-menit akhir babak perpanjangan waktu, Verdonk sempat terlibat dalam momen yang nyaris membuatnya diusir dari pertandingan. Ia kehilangan kendali akibat berbagai keputusan yang menurutnya tidak adil. Salah satu momen yang membuatnya semakin emosional adalah saat para pemain cadangan Twente terus melempar bola ke lapangan dari sisi bangku cadangan untuk mengulur waktu.
“Apa yang saya tunjukkan di akhir pertandingan memang tidak patut dicontoh. Saya hanya ingin menang dan merasa sangat kesal karena lawan terus melempar bola ke lapangan dari bangku cadangan. Itu merugikan kami. Kami kehilangan bola satu atau dua kali karena hal itu,” ungkap Verdonk.
Protes kepada Wasit dan Kiper Lawan, Sumber Frustrasi Tambahan
Tak hanya soal lemparan bola yang menghambat permainan, Calvin Verdonk juga merasa kesal terhadap kiper FC Twente yang menurutnya terlalu lama memegang bola. Dalam pernyataannya, pemain berusia 28 tahun itu mengungkapkan bahwa kiper lawan telah melanggar aturan enam detik yang seharusnya diterapkan wasit.
“Saya awalnya hanya bertanya kepada hakim garis seperti biasa, tapi karena mereka tidak melakukan apa pun, saya kehilangan kendali. Saya kira aturan enam detik itu masih berlaku dan saya tidak tahu berapa menit dia memegang bola. Itu sangat membuat saya frustrasi,” lanjutnya.
Nyaris Kartu Merah, Emosi Tak Terbendung di Akhir Laga
Saking emosionalnya, Verdonk hampir mendapat kartu merah dari wasit. Insiden tersebut bahkan membuat keluarganya terkejut. Beberapa anggota keluarga yang menonton pertandingan langsung mengirim pesan kepadanya usai pertandingan.
“Sejujurnya, saat itu saya sudah tidak terlalu peduli. Pertandingan hampir berakhir. Saya sadar saya bisa saja diskors musim depan karena tindakan itu, dan apa yang saya lakukan memang tidak benar. Tapi saya sangat kesal,” ujarnya.
Pesan-pesan yang diterimanya seperti “Apa yang kamu lakukan?” dan “Itu bukan kamu,” menjadi bukti bahwa aksinya di lapangan bukanlah cerminan dari pribadi Calvin Verdonk yang dikenal tenang dan profesional.
Drama di Sudut Lapangan, Momen yang Menutup Harapan NEC Nijmegen
Momen terakhir yang benar-benar memupus harapan NEC Nijmegen datang ketika Verdonk melakukan pelanggaran di sudut lapangan terhadap Younes Taha. Saat itu, NEC sedang mengejar gol penyama dan waktu tinggal sedikit. Namun wasit hanya menambahkan satu menit waktu tambahan, membuat peluang NEC untuk mencetak gol sirna.
“Itu benar-benar pertandingan yang penuh pertarungan di atas lapangan. Semuanya terjadi sangat cepat. Tidak banyak waktu tersisa untuk membalikkan keadaan dan itu sangat menjengkelkan. Tentu mereka punya hak untuk membuang-buang waktu, tapi tetap saja itu membuat kami frustrasi,” jelasnya dengan nada kesal.
Statistik dan Posisi Akhir NEC Nijmegen di Eredivisie 2024/2025
Dengan hasil kekalahan tersebut, NEC Nijmegen menutup kompetisi Eredivisie musim 2024/2025 dengan berada di posisi ke-8 klasemen akhir. Mereka mengoleksi total 43 poin, dan gagal lolos ke turnamen antarklub Eropa musim depan. Kini, satu tiket tersisa untuk tampil di Kualifikasi UEFA Conference League akan diperebutkan oleh AZ Alkmaar dan FC Twente.
Kegagalan ini terasa sangat pahit, terutama karena NEC sempat memiliki peluang besar untuk menang, apalagi saat FC Twente bermain dengan sepuluh pemain di lapangan.
“Rasanya lebih baik kalah 3-0 daripada kalah 3-2 saat Anda punya keunggulan jumlah pemain dan mengontrol sebagian besar permainan. Itu membuat semuanya semakin menyakitkan,” tutup Verdonk dalam sesi wawancara usai pertandingan.
Baca juga: Pentingnya Peran Pemain Humoris dalam Menciptakan Suasana Positif di Tim Persib Bandung
Potret Kepemimpinan Verdonk di NEC Nijmegen
Sebagai kapten tim, Verdonk dikenal sebagai sosok pemimpin yang tangguh dan inspiratif. Namun dalam pertandingan melawan FC Twente, tekanan yang besar tampaknya menguras emosinya. Meski demikian, reaksi emosionalnya menunjukkan betapa besar rasa tanggung jawab dan rasa cinta terhadap timnya.
Kegagalannya menahan emosi bukan hanya mencerminkan frustrasi pribadi, tetapi juga perasaan kecewa seluruh skuad NEC Nijmegen yang telah bekerja keras sepanjang musim. Reaksi spontan dari Verdonk mungkin memang salah secara aturan, tapi juga menunjukkan betapa pentingnya pertandingan tersebut bagi dirinya dan tim.
Apa Selanjutnya untuk Calvin Verdonk dan NEC Nijmegen?
Musim panas 2025 akan menjadi periode refleksi dan perencanaan ulang bagi NEC Nijmegen. Dengan Calvin Verdonk yang menjadi salah satu pilar utama, klub ini perlu memperkuat skuad dan memperbaiki beberapa aspek permainan jika ingin bersaing lebih baik musim depan.
Bagi Verdonk sendiri, ini mungkin saatnya untuk melakukan evaluasi pribadi. Meski performanya sepanjang musim sangat solid, pengendalian emosi di momen penting seperti laga play-off sangat menentukan hasil akhir. Jika ia mampu memperbaiki aspek mentalitas ini, ia akan tumbuh menjadi pemain yang jauh lebih matang dan berpengaruh, baik di level klub maupun bersama Timnas Indonesia.
Kekalahan yang Menjadi Pelajaran Berharga
Kekalahan menyakitkan dari FC Twente ini memang membuat Calvin Verdonk belum bisa move on, namun hal ini bisa menjadi pelajaran penting. Dalam sepak bola, kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari perjalanan, dan kadang, momen terburuk justru menjadi titik balik untuk bangkit dan berkembang.
NEC Nijmegen harus segera bangkit dari keterpurukan ini dan menatap musim baru dengan penuh optimisme. Sementara bagi Calvin Verdonk, dukungan dari fans, keluarga, dan rekan satu tim akan menjadi modal utama untuk kembali tampil solid dan profesional di musim 2025/2026.

