maungpersib.com – Regulasi baru terkait penggunaan pemain asing dalam kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Super League 2025/2026, menuai beragam reaksi. Salah satu perubahan besar yang cukup menyita perhatian adalah kebijakan yang memperbolehkan setiap klub mendaftarkan hingga 11 pemain asing dalam skuad mereka. Dua pelatih klub besar Liga Indonesia, Bojan Hodak (Persib Bandung) dan Mauricio Souza (Persija Jakarta), menyampaikan respons mereka terhadap regulasi ini. Keduanya memberikan pandangan yang cukup menarik dan mencerminkan bagaimana tim-tim besar menyikapi aturan baru tersebut.
Bojan Hodak Dukung Penambahan Kuota Pemain Asing di Super League
Pelatih kepala Persib Bandung, Bojan Hodak, memberikan dukungan penuh terhadap regulasi yang memperbolehkan klub mendaftarkan 11 pemain asing. Ia percaya bahwa kebijakan ini akan membawa dampak positif terhadap kualitas kompetisi di Indonesia.
Menurut pelatih asal Kroasia tersebut, kehadiran pemain asing bisa meningkatkan intensitas persaingan dan kualitas teknis dalam pertandingan. Hal ini dianggap penting untuk mendongkrak level permainan dan profesionalisme di liga.
“Pemain asing akan membuat kualitas liga lebih baik,” ucap Bojan Hodak.
Namun demikian, Bojan juga tak menutup mata terhadap konsekuensi yang bisa ditimbulkan dari regulasi ini.
Tantangan untuk Pemain Lokal, Tersisih atau Bangkit?
Salah satu tantangan dari aturan ini adalah menurunnya peluang pemain lokal untuk mendapatkan menit bermain, terutama di posisi-posisi krusial. Bojan Hodak secara terbuka mengakui bahwa kompetisi internal dalam tim akan semakin ketat, dan hanya pemain lokal dengan kualitas terbaik yang akan mampu bersaing.
“Mereka bertanya tentang nasib pemain lokal, karena kesempatan bermain mereka jadi kecil. Tapi para pemain lokal akan menunjukkan kualitas bagus di liga,” tambah Bojan.
Dengan kata lain, regulasi ini secara tidak langsung menjadi alat seleksi alami bagi talenta lokal. Para pemain muda dan lokal dituntut untuk meningkatkan standar permainan mereka agar tetap relevan dalam skuad utama.
Mauricio Souza, Fokus pada Adaptasi dan Ambil Sisi Positif
Sementara itu, pelatih Persija Jakarta, Mauricio Souza, memilih untuk melihat regulasi ini secara bijak dan strategis. Ia menegaskan bahwa sebagai pelatih profesional, dirinya dan klub hanya bisa beradaptasi dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh federasi.
“Kami tidak bisa bicara lebih jauh soal regulasi. Kami harus mengikuti regulasi yang sudah dibuat. Yang paling penting dalam menyikapi regulasi adalah harus ambil sisi positifnya,” ujar Mauricio.
Mauricio, yang berasal dari Brasil, tidak mempersoalkan kuota pemain asing secara langsung. Justru, ia lebih menekankan pentingnya mentalitas adaptif dalam menghadapi perubahan regulasi.
Kompetisi Super League 2025/2026 Dianggap Akan Lebih Kompetitif
Menariknya, baik Bojan Hodak maupun Mauricio Souza sepakat bahwa Super League musim ini akan berjalan lebih kompetitif dan menarik. Mereka menilai bahwa aturan baru ini, ditambah dengan penekanan pada pengembangan pemain muda, akan memberikan warna tersendiri dalam jalannya kompetisi.
“Saya optimistis bahwa musim ini kompetisi bisa berjalan lebih baik. Kami sebagai klub peserta harus beradaptasi dengan regulasi yang ada. Bukan hanya soal pemain asing, tapi terkait regulasi pemain U-23 yang harus dimainkan selama 45 menit,” terang Mauricio.
Regulasi pemain U-23 memang menjadi salah satu poin penting yang melengkapi kebijakan baru Super League. Hal ini menjadi upaya federasi menjaga keseimbangan antara perekrutan pemain asing dan pengembangan talenta muda lokal.
Perbandingan Regulasi Pemain Asing, Indonesia dan Negara Lain
Untuk memahami dampak regulasi 11 pemain asing di Super League, penting untuk melihat bagaimana negara lain mengatur kebijakan serupa. Dengan membandingkan regulasi pemain asing di liga-liga top Asia, kita bisa menilai sejauh mana langkah Indonesia ini tergolong progresif atau justru terlalu berani. Berikut ini perbandingannya:
- Liga Thailand memperbolehkan 5 pemain asing (3 bebas, 1 Asia, 1 ASEAN) bermain di lapangan.
- K-League Korea Selatan membatasi 5 pemain asing termasuk 1 pemain asal Asia.
- J-League Jepang memperbolehkan klub memiliki 5 hingga 7 pemain asing dengan kebijakan rotasi yang lebih fleksibel.
Indonesia melalui Super League mengambil langkah lebih ekstrem dengan memberikan ruang kepada 11 pemain asing dalam satu tim, meskipun belum tentu seluruhnya akan diturunkan secara bersamaan.
Langkah ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pengamat sepak bola. Ada yang menyambutnya sebagai modernisasi liga, namun tak sedikit yang khawatir pemain lokal akan tergusur dari panggung utama.
Peluang dan Ancaman di Balik Regulasi Baru
Regulasi 11 pemain asing tentu membawa konsekuensi yang tidak bisa diabaikan. Di satu sisi, ada potensi besar untuk meningkatkan kualitas liga. Namun di sisi lain, tantangan juga mengintai, terutama bagi pemain lokal dan sistem pembinaan. Berikut ini beberapa peluang dan ancaman yang mungkin muncul dari kebijakan tersebut:
Peluang
- Peningkatan kualitas teknis dan taktik tim melalui kehadiran pemain asing berkualitas.
- Daya saing liga meningkat, yang bisa mendorong hak siar dan minat sponsor.
- Pemain lokal yang mampu bertahan akan naik level secara signifikan.
Ancaman
- Minimnya jam terbang untuk pemain lokal, terutama di klub besar yang mendatangkan banyak pemain asing.
- Potensi penurunan identitas lokal pada tim-tim Indonesia.
- Risiko ketimpangan kompetitif antara klub kaya dan klub menengah ke bawah.
Strategi Klub, Harus Selektif dan Visioner
Dengan kuota yang besar, klub harus lebih selektif dalam merekrut pemain asing. Tidak hanya fokus pada kualitas teknis, tetapi juga karakter, integritas, dan kemampuan beradaptasi dalam kultur sepak bola Indonesia.
Manajemen klub juga dituntut untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan jangka pendek (prestasi) dan jangka panjang (pengembangan pemain lokal).
Pelatih seperti Bojan Hodak dan Mauricio Souza tentu harus bekerja ekstra dalam meramu strategi rotasi pemain, mengembangkan taktik yang inklusif, dan tetap menjaga semangat pemain lokal.
Baca juga: Paes vs Audero: Duel Sengit Rebut Posisi Kiper Utama
Reaksi Suporter dan Pengamat Sepak Bola Nasional Terhadap Regulasi 11 Pemain Asing
Kebijakan ini juga memicu diskusi panas di kalangan suporter dan pengamat sepak bola nasional. Sebagian besar suporter klub besar menyambut antusias, berharap kedatangan pemain asing berkualitas dapat mendongkrak prestasi klub kesayangan mereka di level Asia.
Namun di sisi lain, beberapa pengamat dan pecinta sepak bola lokal menilai kebijakan ini berisiko menggerus jati diri kompetisi nasional. Mereka khawatir talenta muda Indonesia akan sulit berkembang jika terus bersaing dengan pemain asing di hampir semua posisi.
Sejumlah analis menilai bahwa regulasi ini seharusnya di iringi dengan komitmen kuat untuk memperkuat akademi, pembinaan usia dini, dan pemberdayaan pemain lokal. Tanpa hal itu, peningkatan kualitas kompetisi bisa jadi hanya bersifat jangka pendek.
Arah Baru Sepak Bola Indonesia?
Regulasi 11 pemain asing di Super League 2025/2026 memang menjadi langkah besar dan kontroversial dalam sejarah kompetisi nasional. Namun dari kacamata dua pelatih besar seperti Bojan Hodak dan Mauricio Souza. Kebijakan ini bisa menjadi peluang positif jika di imbangi dengan pembinaan pemain lokal yang serius dan berkelanjutan.
Kini semua mata tertuju ke lapangan. Akankah regulasi ini membawa sepak bola Indonesia melesat ke level yang lebih tinggi, atau justru memicu krisis regenerasi? Waktu yang akan menjawab.

