Maungpersib.com – Nama Wiel Coerver sangat legendaris dalam sejarah sepakbola Indonesia pada era 1975 hingga 1979. Pelatih asal Belanda ini tidak hanya di kenal karena kemampuan tekniknya yang mumpuni, tetapi juga karena metode pelatihan sepakbola yang ia kembangkan, yang dikenal dengan Coerver Methods.
Melalui metode ini, Coerver memberikan dampak signifikan pada perkembangan sepakbola di Indonesia, baik melalui kontribusinya dalam timnas maupun kepada pemain-pemain muda yang di latihnya. Namun, perjalanan kariernya bersama Timnas Indonesia di penuhi dengan cerita yang penuh tantangan dan juga kesuksesan.
Awal Kedatangan Wiel Coerver ke Indonesia
Cerita tentang kedatangan Coerver ke Indonesia bermula pada tahun 1974. Pada tahun itu, Feyenoord, klub Belanda yang pernah di latih Coerver, melakukan tur ke Indonesia. Dalam tur tersebut, Feyenoord melakoni serangkaian pertandingan persahabatan dengan tim lokal, salah satunya melawan Persipal Palu di Stadion Nokilalaki, yang berakhir dengan skor imbang 3-3.
Feyenoord sendiri saat itu sedang dalam puncak kejayaannya setelah berhasil menjuarai Piala UEFA dengan mengalahkan Tottenham Hotspur di final dengan agregat 5-4. Selain itu, Coerver juga sukses membawa Feyenoord menjuarai Eredivisie Belanda pada periode tersebut. Kunjungan Feyenoord ke Indonesia ternyata menjadi titik awal bagi Coerver untuk terhubung dengan sepakbola Indonesia.
Dalam salah satu pertandingan persahabatan itu, Coerver bertemu dengan Bardosono, ketua umum PSSI pada saat itu. Bardosono yang terkesan dengan pengetahuan dan pengalaman Coerver dalam dunia sepakbola, kemudian menawarkan kesempatan bagi Coerver untuk melatih Timnas Indonesia. Penawaran ini menjadi sangat menarik karena saat itu Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976.
Menandatangani Kontrak dengan PSSI
Setelah melalui serangkaian pembicaraan, Coerver akhirnya menandatangani kontrak dengan PSSI pada tahun 1975. Kontrak ini berlangsung selama dua tahun dengan imbalan 400 ribu Gulden, yang pada masa itu merupakan jumlah yang cukup besar. Coerver memiliki tugas berat dalam mempersiapkan Timnas Indonesia untuk menghadapi Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976.
Salah satu hal yang membedakan Coerver dari pelatih-pelatih lain di Indonesia adalah pendekatannya yang fokus pada teknik dasar dan pengembangan individu, yang nantinya di kenal sebagai Coerver Methods. Coerver pun memulai program seleksi pemain dengan sangat ketat. Seleksi ini di lakukan dalam beberapa tahap yang berlangsung di berbagai daerah, seperti Diklat Salatiga, Makassar, dan Jakarta.
Seleksi tersebut di ikuti oleh sejumlah pemain muda, namun juga terdapat sejumlah pemain senior yang menjadi pesaing utama para pemain muda tersebut. Menurut Gusnul Yakin, seorang alumni Diklat Salatiga yang sempat mengikuti seleksi Timnas Indonesia, seleksi yang di lakukan oleh Coerver sangat ketat. Dalam seleksi tersebut, Coerver tidak memandang bulu, baik terhadap pemain senior maupun pemain muda.
Coerver bahkan mengancam akan mencoret pemain senior yang tidak menunjukkan kualitas terbaik mereka, dan menggantikannya dengan para pemain muda yang lebih potensial. Hal ini membuat persaingan semakin ketat, namun juga memberikan kesempatan bagi para pemain muda untuk membuktikan diri.
Proses Seleksi dan Kegagalan di Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976
Seleksi tahap pertama di lakukan di Diklat Salatiga, dan di tahap ini Gusnul Yakin berhasil lolos. Namun, persaingan semakin sengit di tahap kedua yang berlangsung di Makassar, dan akhirnya hanya beberapa pemain yang berhasil lolos, termasuk Suhatman Imam dan Burhanuddin.
Sayangnya, Timnas Indonesia harus menerima kenyataan pahit ketika mereka kalah dalam adu penalti 5-4 dari Timnas Korea Utara di final Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976 yang di adakan di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Kekalahan ini menggagalkan langkah Indonesia untuk lolos ke Olimpiade Montreal.
Meskipun gagal dalam kualifikasi Olimpiade, keberhasilan Coerver dalam membawa proses seleksi yang sangat ketat dan profesional tetap di hargai. Metode pelatihan yang ia terapkan mengubah pandangan banyak orang tentang bagaimana sepakbola Indonesia seharusnya di latih, dengan menekankan teknik dan pengembangan pemain secara individual.
Kembali ke Belanda dan Masalah Kesehatan
Setelah kegagalan Timnas Indonesia di Kualifikasi Olimpiade Montreal 1976, Coerver kembali ke Belanda. Sayangnya, masalah kesehatan mulai mengganggu dirinya. Coerver di diagnosis mengalami masalah jantung yang serius, yang membuatnya harus mengurangi intensitas aktivitasnya. Meskipun demikian, Coerver tetap melatih di Go Ahead Eagles, sebuah klub Eredivisie Belanda, meskipun kondisinya semakin memburuk.
Namun, pada 1979, Coerver kembali ke Indonesia untuk memenuhi sisa kontraknya dengan PSSI, yang sebelumnya tertunda. Kedatangannya kali ini untuk melatih Timnas Indonesia dalam ajang SEA Games Jakarta 1979, yang menjadi kesempatan besar bagi banyak pemain muda, termasuk Gusnul Yakin, untuk tampil di pentas internasional.
SEA Games Jakarta 1979: Sebagai Penasihat Timnas Indonesia
Pada SEA Games Jakarta 1979, meskipun Coerver kembali ke Indonesia, kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk melatih langsung. Atas saran dokter, Coerver tidak dapat menjadi pelatih kepala. Sebagai gantinya, Coerver berperan sebagai penasihat teknis Timnas Indonesia, sementara posisi pelatih kepala di percayakan kepada Harry Tjong dan Sartono Anwar.
Di bawah arahan Harry Tjong dan Sartono Anwar, Timnas Indonesia mencapai final SEA Games Jakarta 1979, tetapi sayang, mereka harus mengakui keunggulan Timnas Malaysia dengan skor 1-0. Meskipun gagal meraih emas, perjalanan Timnas Indonesia di SEA Games 1979 tetap menjadi prestasi penting. Selain itu, Coerver tetap memberikan kontribusi besar dengan memberikan arahan-arahan teknis dan strategi yang efektif berdasarkan pengalaman dan metode pelatihan yang telah ia kembangkan.
Baca juga: Persib U-16, U-18, dan U-20 Gagal ke Semifinal EPA Liga 1 2024/2025
Warisan Coerver: Coerver Methods dan Pelatihan Sepakbola di Indonesia
Setelah SEA Games 1979, Coerver masih tinggal di Indonesia selama beberapa bulan. Ia tinggal di mes Warna Agung, klub Galatama yang pernah ia bantu latih. Di sana, Coerver melanjutkan misi besar untuk memberikan ilmunya kepada para pemain muda Indonesia. Salah satu warisan terbesar Coerver adalah Coerver Methods, yang menjadi dasar dalam pengembangan teknik individu pemain.
Coerver Methods sendiri adalah metode pelatihan yang berfokus pada teknik dasar sepakbola, seperti dribbling, passing, shooting, dan penguasaan bola. Metode ini di rancang untuk membantu pemain meningkatkan keterampilan individu mereka sehingga dapat tampil lebih baik dalam pertandingan. Coerver juga mengajarkan pentingnya penguasaan bola dalam segala kondisi permainan, serta bagaimana pemain bisa lebih lincah dalam mengatasi tekanan lawan.
Coerver membuat sebuah video pelatihan yang mendokumentasikan seluruh metode pelatihannya. Gusnul Yakin yang pernah di latih oleh Coerver, di pilih untuk menjadi peraga dalam video tersebut. Video pelatihan ini menjadi salah satu referensi penting dalam pengembangan sepakbola Indonesia hingga saat ini.
Pengaruh Wiel Coerver dalam Sejarah Sepakbola Indonesia
Wiel Coerver, meskipun hanya melatih Timnas Indonesia dalam waktu singkat, telah meninggalkan pengaruh yang sangat besar. Metode pelatihan yang ia terapkan telah mengubah cara pandang banyak pelatih sepakbola Indonesia mengenai pentingnya pengembangan teknik individu. Melalui Coerver Methods, banyak pemain Indonesia yang mulai menyadari pentingnya penguasaan bola dan teknik dasar dalam permainan.
Selain itu, meskipun Timnas Indonesia gagal meraih medali emas di SEA Games Jakarta 1979, pengalaman berharga yang di dapatkan para pemain muda tetap menjadi modal penting dalam perkembangan sepakbola Indonesia. Coerver juga berhasil membuka jalan bagi pemain muda Indonesia untuk tampil lebih baik di level internasional, serta membawa perubahan besar dalam cara pelatihan sepakbola di Indonesia.
Wiel Coerver memang tidak lama berada di Indonesia, namun jejak yang ia tinggalkan tetap membekas hingga kini.