Maungpersib.com – Kiprah para pemain Timnas Indonesia di kancah sepak bola internasional musim 2024/2025 cukup menarik untuk disimak. Di satu sisi, banyak dari mereka yang tampil cemerlang bersama klub masing-masing, terutama para pemain keturunan yang bermain di liga-liga Eropa. Namun di sisi lain, tidak sedikit juga yang justru mengalami penurunan menit bermain secara signifikan setelah membela tim nasional.
Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: Apa yang menyebabkan sejumlah pemain Timnas Indonesia, yang sebelumnya menjadi pilihan utama atau reguler, kini mulai kehilangan tempat di klub mereka? Apakah ini di sebabkan oleh faktor teknis, taktis, kebugaran, atau persaingan internal di klub? Mari kita ulas lebih dalam beberapa nama pemain yang mengalami penurunan jam terbang di level klub meski tetap menjadi bagian penting dalam skuad Timnas Indonesia.
Ragnar Oratmangoen: Menghilang dari Skuad FCV Dender
Ragnar Oratmangoen sempat menunjukkan penampilan yang solid bersama FCV Dender, klub asal Belgia yang bermain di kasta tertinggi, Jupiler Pro League. Pada musim perdananya bersama klub tersebut setelah direkrut dari FC Groningen, Ragnar mencatatkan 20 penampilan dan mencetak satu gol. Walau belum sepenuhnya menjadi pemain inti dalam starting XI, kehadirannya di lapangan cukup konsisten, terutama saat ia bermain rutin sejak pekan ke-12 hingga pekan ke-30.
Namun secara mengejutkan, setelah memperkuat Timnas Indonesia dalam ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, nama Ragnar mendadak hilang dari daftar susunan pemain FCV Dender. Ia tidak hanya kehilangan posisi starter, tapi juga tidak tampak di bangku cadangan dalam enam laga terakhir.
Hal ini memunculkan dugaan adanya perubahan strategi pelatih atau faktor kebugaran pasca perjalanan internasional. Namun tanpa konfirmasi resmi dari klub, spekulasi pun berkembang di kalangan pengamat dan pendukung.
Sandy Walsh: Dari Pilar Pertahanan ke Bangku Cadangan di Yokohama F. Marinos
Sandy Walsh bergabung dengan klub Jepang, Yokohama F. Marinos, pada Februari 2025. Ia sempat di percaya mengisi jantung pertahanan dan tampil dalam sejumlah pertandingan penting, baik di kompetisi domestik J1 League maupun ajang AFC Champions League Elite. Dari total delapan penampilan, lima di antaranya terjadi di J1 League, dengan tiga kali sebagai starter. Sementara itu, di kompetisi Asia, Sandy juga mendapat kepercayaan bermain sebanyak tiga kali.
Namun belakangan, Walsh mulai jarang terlihat di lapangan. Yang paling di sorot adalah ketidakhadirannya saat Yokohama F. Marinos di bantai 1-4 oleh Al Nassr di babak perempat final ACL Elite 2024/2025. Dalam laga itu, Sandy hanya menjadi penonton dari bangku cadangan, bahkan tidak di beri kesempatan tampil menghadapi nama besar seperti Cristiano Ronaldo.
Situasi ini menandai penurunan kepercayaan dari pelatih, yang mungkin melihat bahwa Walsh belum bisa bersaing secara optimal dengan pemain lain di lini belakang. Usia Sandy yang telah menginjak 30 tahun juga bisa menjadi pertimbangan dalam rotasi pemain.
Ole Romeny: Striker yang Kian Terpinggirkan di Oxford United
Didatangkan dari FC Utrecht pada bursa transfer Januari 2025, Ole Romeny langsung mencuri perhatian publik Indonesia. Bermain di Oxford United yang berkompetisi di EFL Championship, divisi kedua Liga Inggris, Romeny sempat mendapat banyak menit bermain, termasuk enam kali tampil sebagai starter dari total 13 pertandingan. Ia mencetak satu gol dalam periode tersebut dan menunjukkan semangat besar dalam adaptasi di sepak bola Inggris.
Namun, memasuki pekan-pekan akhir musim, Romeny mulai kehilangan tempatnya di skuad utama. Ia dicadangkan pada beberapa laga penting, seperti saat menghadapi Cardiff City dan Sunderland. Bahkan, media Vietnam Soha menyebutkan bahwa pelatih Oxford United, Garry Rowett, telah kehilangan kepercayaan kepada sang pemain.
Puncaknya, pada pertandingan menghadapi QPR, Romeny ditarik keluar di awal babak kedua karena dianggap tampil di bawah ekspektasi. Meski tetap berada di bangku cadangan dalam beberapa laga berikutnya, ia tidak mendapat kesempatan bermain, termasuk saat Oxford menang atas Sheffield Wednesday. Penurunan performa dan ketatnya persaingan di lini depan tampaknya membuat Romeny harus berjuang lebih keras untuk membuktikan kualitasnya di klub.
Rafael Struick: Misteri Absennya Sang Striker di Brisbane Roar
Rafael Struick didatangkan oleh Brisbane Roar dengan ekspektasi besar. Pemain muda ini dianggap sebagai aset masa depan, baik bagi klub maupun Timnas Indonesia. Namun realitas di lapangan justru berbanding terbalik dengan ekspektasi tersebut. Struick sempat bermain dalam beberapa pertandingan awal, tetapi kemudian mulai hilang dari radar.
Sudah enam pertandingan berturut-turut Rafael Struick tidak masuk dalam daftar pemain Brisbane Roar. Ia absen saat tim menghadapi Auckland, Macarthur, Melbourne City, Western United, Adelaide United, dan Wellington Phoenix. Penampilan terakhirnya terjadi pada 8 Maret 2025 saat melawan Adelaide United, di mana ia hanya tampil selama tiga menit. Setelah itu, ia bahkan tak terlihat di bench, menyisakan pertanyaan besar di kalangan penggemar.
Belum ada pernyataan resmi dari klub apakah absennya Struick disebabkan cedera, masalah disiplin, atau murni keputusan taktik dari pelatih. Yang pasti, posisi Struick di skuad utama kini berada dalam tanda tanya besar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Menit Bermain
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan menit bermain:
1. Jadwal Internasional yang Padat
Bermain untuk tim nasional berarti para pemain harus menjalani jadwal yang sangat padat, termasuk perjalanan jarak jauh dan perbedaan waktu yang ekstrem. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan fisik dan mental, sehingga ketika kembali ke klub, pelatih cenderung mengistirahatkan mereka untuk mencegah risiko cedera atau penurunan performa.
2. Adaptasi dengan Gaya Bermain Klub
Meski tampil gemilang bersama Timnas, beberapa pemain mungkin belum sepenuhnya menyatu dengan filosofi dan pola permainan klub. Tiap pelatih memiliki pendekatan taktik yang berbeda, dan jika pemain tidak cepat beradaptasi, mereka bisa tersisih oleh pemain lain yang sudah memahami sistem dengan lebih baik.
3. Persaingan Internal yang Ketat
Klub-klub di Eropa dan Jepang memiliki kedalaman skuad yang kuat. Setiap posisi biasanya diisi oleh dua hingga tiga pemain berkualitas tinggi. Karena itu, meskipun pemain Timnas punya kemampuan individu yang baik, mereka harus bersaing secara ketat dengan rekan satu tim yang mungkin lebih konsisten atau punya riwayat kerja sama yang lebih solid dengan tim.
Harapan untuk Kebangkitan
Meski saat ini mereka tengah mengalami penurunan menit bermain di klub, para pemain Timnas Indonesia seperti Oratmangoen, Walsh, Romeny, dan Struick tetap memiliki peluang besar untuk bangkit. Musim masih panjang, dan perubahan bisa terjadi sewaktu-waktu, tergantung dari performa latihan, strategi pelatih, maupun faktor non-teknis lainnya.
Yang jelas, keberadaan mereka di liga luar negeri tetap menjadi kebanggaan dan harapan besar bagi sepak bola Indonesia. Diharapkan mereka bisa segera kembali ke performa terbaik dan terus membawa nama Indonesia bersinar di kancah internasional.