10 Momen Emas Timnas Indonesia dalam Satu Dekade Terakhir - MaungPersib

10 Momen Emas Timnas Indonesia dalam Satu Dekade Terakhir

Maungpersib.com – Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, Timnas Indonesia menunjukkan kemajuan pesat di berbagai level usia. Mulai dari kelompok U-16, U-19, U-22, hingga senior, prestasi demi prestasi berhasil di ukir di kancah Asia bahkan dunia. Periode 2015–2025 menjadi saksi perjalanan penuh dinamika sepak bola nasional. Selama waktu tersebut, PSSI di pimpin enam ketua umum, yaitu La Nyalla Mattalitti, Edy Rahmayadi, Joko Driyono, Iwan Budianto, Mochamad Iriawan, hingga Erick Thohir.

Berbagai tantangan, mulai dari konflik internal, sanksi FIFA, hingga pandemi global, mewarnai perjuangan panjang Garuda. Namun, berkat tekad dan transformasi besar, Timnas Indonesia kini menjadi kekuatan yang mulai di perhitungkan. Mari kita ulas 10 momen bersejarah dalam perjalanan Timnas Indonesia sepanjang 2015–2025!

1. Masa Sulit pada 2015: Dibekukan FIFA, Peringkat Anjlok

Tahun 2015 menjadi tahun kelam bagi sepak bola Indonesia. Akibat konflik antara PSSI dan pemerintah, FIFA menjatuhkan sanksi pembekuan terhadap Indonesia. Hal ini berdampak pada vakumnya kompetisi domestik dan memburuknya performa Timnas.

Saat itu, Indonesia merosot ke peringkat 179 FIFA, bahkan berada di bawah negara-negara seperti Timor Leste dan Laos. La Nyalla Mattalitti yang baru menjabat sebagai Ketua Umum PSSI lebih fokus membenahi organisasi ketimbang prestasi Timnas.

Pieter Huistra, eks pelatih Groningen asal Belanda, sempat di tunjuk menjadi Direktur Teknik sekaligus pelatih sementara menggantikan Alfred Riedl. Namun, keterbatasan kompetisi membuat langkahnya terbatas.

2. Titik Kebangkitan pada 2016: Runner-Up Piala AFF

Setelah sanksi FIFA di cabut pada pertengahan 2016, Indonesia mulai kembali aktif di kancah internasional. Di bawah kepelatihan Alfred Riedl, Garuda membuat kejutan dengan meraih runner-up Piala AFF 2016.

Persiapan Timnas kala itu sangat singkat dan penuh hambatan. Pembatasan jumlah pemain klub (hanya 2 pemain/klub) membuat pemilihan skuad menjadi sulit. Namun, dengan semangat luar biasa, Boaz Solossa dan kawan-kawan mampu melaju hingga final.

Di final, Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand dengan agregat 2-3. Walau gagal juara, pencapaian ini menjadi titik balik kebangkitan mental dan reputasi Garuda.

3. Asa Baru Bersama Luis Milla pada 2017–2018

Kehadiran Luis Milla, eks pelatih Timnas Spanyol U-21, membawa harapan baru. Milla di kenal sebagai pelatih modern yang fokus pada pengembangan teknik dasar dan kolektivitas tim. Selama periode ini:

  • Indonesia naik ke peringkat 159 FIFA.
  • Meraih medali perunggu SEA Games 2017, setelah mengalahkan Myanmar 3-1.
  • Lolos dari fase grup Asian Games 2018 dengan status juara grup, sebelum terhenti di babak 16 besar melawan Uni Emirat Arab melalui adu penalti.

Sayangnya, karena hasil yang dinilai kurang maksimal, kontrak Luis Milla tidak diperpanjang pada akhir 2018.

4. Kemerosotan di Era Simon McMenemy pada 2019

Setelah era Milla berakhir, PSSI menunjuk Simon McMenemy, eks pelatih Bhayangkara FC. Namun, kinerjanya jauh dari harapan.

Timnas Indonesia menelan lima kekalahan beruntun di fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Akibatnya, Indonesia menjadi juru kunci di Grup G dan kembali merosot ke peringkat 173 FIFA.

Kekecewaan besar melanda pencinta sepak bola nasional. PSSI akhirnya memecat McMenemy sebelum kualifikasi usai.

Baca juga: Marselino Ferdinan Absen, Dua Bintang Berebut Hati Kluivert!

5. Era Baru Dimulai: Shin Tae-yong Datang pada 2019

Pada penghujung 2019, PSSI mengambil langkah berani dengan merekrut Shin Tae-yong, mantan pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018. Shin Tae-yong membawa filosofi baru:

  • Pemain muda menjadi prioritas.
  • Program latihan fisik dan mental yang ketat.
  • Fokus jangka panjang ke Piala Dunia U-20 dan senior.

Namun, tugasnya tidak langsung berjalan mulus karena pandemi Covid-19 pada awal 2020 menghentikan semua aktivitas sepak bola.

6. Awal Cerah di 2020: Runner-Up Piala AFF

Walau dihantam pandemi, STY mulai menunjukkan hasil. Di Piala AFF 2020, Timnas Indonesia yang bermaterikan pemain muda (rerata usia 23,8 tahun) tampil mengejutkan.

Garuda melaju hingga final, sebelum kembali harus puas sebagai runner-up setelah dikalahkan Thailand. Namun, gaya main menyerang dan semangat juang tinggi memberikan sinyal positif untuk masa depan.

7. Perkembangan Positif di 2021: SEA Games dan Naturaliasi

Pada 2021, Shin Tae-yong melanjutkan transformasi Timnas:

  • Meraih medali perunggu SEA Games 2021, dengan mengalahkan Malaysia.
  • Mulai melakukan program naturalisasi pemain diaspora seperti Sandy Walsh, Jordi Amat, dan Shayne Pattynama.

Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kedalaman skuad, mempercepat transfer pengalaman dari pemain yang berkompetisi di Eropa ke pemain lokal.

8. Tahun Emas 2023: Sejarah Baru Ditorehkan

Tahun 2023 menjadi salah satu tahun terbaik bagi sepak bola Indonesia:

  • Lolos ke Piala Asia 2023, setelah menundukkan Kuwait di babak kualifikasi.
  • Timnas Indonesia U-23 tampil luar biasa di Piala Asia U-23 2024, hampir lolos ke Olimpiade Paris 2024, meski kalah dari Guinea.
  • SEA Games 2023: Meraih medali emas setelah 32 tahun, dengan mengalahkan Thailand 5-2 di final.
  • Kiprah Timnas U-17: Lolos ke Piala Dunia U-17 2023 di Qatar.

Pencapaian-pencapaian ini menunjukkan hasil nyata dari pembinaan usia dini dan sinergi pemain diaspora.

9. Menatap Piala Dunia 2026: Optimisme di 2024

Memasuki tahun 2024, target Timnas Indonesia semakin tinggi. Di bawah arahan Shin Tae-yong, Garuda bersiap melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Beberapa langkah penting yang dilakukan:

  • Naturalisasi pemain berkualitas, seperti Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes.
  • Persiapan intensif dengan menghadapi negara-negara kuat seperti Australia, Arab Saudi, dan Jepang di kualifikasi.
  • Pembinaan berkelanjutan di level U-16, U-20, dan U-23 untuk mencetak generasi emas.

PSSI di bawah Erick Thohir juga memperkuat struktur organisasi dan infrastruktur untuk mendukung Timnas.

10. Babak Baru di 2025: Transisi Pelatih dan Harapan Besar

Tahun 2025 menjadi tahun penuh transisi:

  • Shin Tae-yong mengakhiri masa baktinya usai kegagalan di Piala AFF 2024.
  • Patrick Kluivert, legenda Belanda, resmi ditunjuk sebagai pelatih baru. Diharapkan, gaya menyerang Eropa dapat melebur dengan semangat Asia.
  • Timnas U-20 dan U-17 juga dipersiapkan untuk bersaing di turnamen dunia, termasuk Piala Dunia U-17 Qatar 2025.

Meski sempat mengalami kegagalan di beberapa level, optimisme tetap menyala. Nova Arianto berhasil mengantar Timnas U-17 tampil di Piala Dunia U-17, membuka jalan besar bagi generasi emas Indonesia.

Menyongsong Masa Emas Sepak Bola Indonesia

Perjalanan Timnas Indonesia satu dasawarsa terakhir adalah kisah tentang jatuh, bangkit, dan berlari mengejar mimpi. Meski dihantam konflik, sanksi, pandemi, hingga kegagalan, semangat Garuda untuk mengudara tak pernah padam.

Kini, di bawah fondasi kuat PSSI, talenta muda berlimpah, dan sokongan pemain diaspora, impian besar tampil di Piala Dunia 2026 dan Piala Dunia U-20/23 kian nyata. Mari kita terus dukung Garuda bertarung demi mengharumkan nama bangsa di pentas dunia!

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *