Maungpersib.com – Gerald Vanenburg baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah diumumkan sebagai pelatih baru untuk Timnas Indonesia U-23 dan asisten pelatih di Timnas Indonesia senior di bawah asuhan Patrick Kluivert. Dengan segudang pengalaman baik sebagai pemain maupun pelatih, keputusan ini menambah panjang daftar nama besar yang terlibat dalam sepak bola Indonesia.
Namun, meski memiliki pengalaman di level yang sangat tinggi, karier kepelatihan Vanenburg lebih banyak berkiprah di klub-klub menengah. Lantas, siapa sebenarnya Gerald Vanenburg? Bagaimana kiprahnya sebagai pemain dan pelatih? Artikel ini akan membahas perjalanan kariernya lebih mendalam, mencakup masa kejayaannya sebagai pemain hingga perjalanannya di dunia kepelatihan.
Profil Singkat Gerald Vanenburg
Gerald Mervin Vanenburg lahir di Utrecht, Belanda pada 5 Maret 1964. Seperti banyak pemain sepak bola Belanda lainnya, Vanenburg mulai menunjukkan bakatnya sejak muda. Sebagai seorang pesepak bola, ia di kenal tidak hanya karena kemampuan teknis yang luar biasa tetapi juga karena etos kerja yang tinggi.
Pada usia 60 tahun, Vanenburg kini mengemban tugas besar untuk melatih Timnas Indonesia U-23, yang menjadi harapan baru bagi sepak bola Indonesia. Sebelum beralih ke dunia kepelatihan, Vanenburg memiliki perjalanan gemilang sebagai pemain, yang membuatnya layak di sebut sebagai legenda sepak bola Belanda.
Karier Sebagai Pemain Sepak Bola
Vanenburg memulai karier profesionalnya di Ajax Amsterdam pada 1980. Pada masa itu, Ajax merupakan salah satu klub terbesar di Eropa. Selama lima musim (1980-1986) bersama Ajax, Vanenburg mencatatkan 209 penampilan, mencetak 66 gol, dan memberikan 91 assist. Keberhasilannya membawa Ajax meraih berbagai gelar, termasuk tiga trofi Eredivisie dan dua gelar KNVB Cup, menjadikannya salah satu pemain penting dalam sejarah Ajax.
Setelah meninggalkan Ajax, Vanenburg melanjutkan kariernya ke PSV Eindhoven, klub besar lainnya di Belanda. Di PSV, ia bermain dari 1986 hingga 1993, mencatatkan 259 pertandingan dengan 66 gol dan 91 assist. Bersama PSV, Vanenburg meraih lima gelar Eredivisie, tiga trofi KNVB Cup, dan yang paling bergengsi, trofi Liga Champions Eropa pada tahun 1988.
Karier internasional Vanenburg juga sangat impresif. Ia memperkuat Timnas Belanda selama satu dekade (1982-1992) dan mencatatkan 42 caps, serta mencetak satu gol dan tiga assist. Salah satu pencapaian terbesar dalam karier internasionalnya adalah ketika ia turut serta dalam skuad Belanda yang meraih gelar juara Euro 1988 di Jerman Barat. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa Vanenburg adalah salah satu pemain kunci dalam sejarah sepak bola Belanda.
Perjalanan Karier Kepelatihan Vanenburg
Setelah pensiun sebagai pemain, Vanenburg memulai karier kepelatihannya di tim muda PSV U-19 pada 2000. Pengalaman ini memberinya kesempatan untuk mendalami dunia pengembangan pemain muda, yang nantinya menjadi salah satu fokus dalam kepelatihannya. Pada 2001, Vanenburg mendapat kesempatan untuk menjadi asisten pelatih di TSV 1860 Munich.
Meskipun berkiprah di tim yang lebih kecil, pengalaman ini memberinya wawasan berharga dalam menangani tim di level yang lebih tinggi. Sayangnya, masa kepelatihan di klub ini tidak berlangsung lama, dan Vanenburg kembali ke PSV U-19 pada 2004. Selanjutnya, Vanenburg di berikan kesempatan untuk menangani tim senior, termasuk menjadi pelatih kepala di TSV 1860 Munich pada 2004.
Meski memimpin tim dalam 25 pertandingan, hasil yang di raih tidak memuaskan dengan hanya tiga kemenangan, sembilan hasil imbang, dan 13 kekalahan. Perjalanannya sebagai pelatih senior berlanjut di klub-klub kasta kedua Belanda, seperti Helmond Sport dan FC Eindhoven. Namun, prestasinya tidak berkembang sesuai harapan, dan pada akhirnya Vanenburg sempat vakum dari dunia kepelatihan selama lebih dari satu dekade.
Namun, pada 2020, Vanenburg mendapat kesempatan baru di Ajax, yang memberinya peran sebagai asisten pelatih di tim muda Ajax. Pada 2021, ia di promosikan menjadi pelatih Ajax U-21. Pengalaman ini memberi Vanenburg kesempatan untuk bekerja dengan para pemain muda berbakat yang memiliki potensi besar.
Karier Vanenburg di Ajax: Meningkat sebagai Asisten Pelatih
Pengalaman Vanenburg di Ajax bisa di katakan sebagai titik balik dalam karier kepelatihannya. Meski lebih sering berperan sebagai asisten pelatih, Vanenburg mendapat kesempatan untuk bekerja dengan beberapa pelatih top dunia, termasuk Erik ten Hag.
Pada 2020, Vanenburg menggantikan Richard Witschge yang cedera, dan untuk pertama kalinya, ia berkesempatan untuk terlibat langsung dalam tim utama Ajax. Peran ini memberikan wawasan lebih dalam tentang strategi permainan di level tertinggi dan memperkuat reputasinya sebagai pelatih.
Vanenburg juga di kenal sebagai asisten pelatih yang mendukung pengembangan pemain muda di Ajax. Pengalaman ini menjadi modal besar bagi Vanenburg ketika ia di angkat untuk menangani Timnas Indonesia U-23 pada 2024. Dengan latar belakangnya yang kuat dalam menangani pemain muda, Vanenburg di harapkan dapat membawa perubahan signifikan.
Penunjukkan sebagai Pelatih Timnas Indonesia U-23
Keputusan PSSI untuk menunjuk Vanenburg sebagai pelatih Timnas Indonesia U-23 tentu saja mengejutkan banyak pihak. Meski memiliki karier kepelatihan yang tidak terlalu gemilang di level klub, pengalaman Vanenburg sebagai asisten pelatih di Ajax dan pengalamannya dalam menangani pemain muda menjadikannya pilihan yang menarik.
Dengan tugas besar untuk membentuk tim yang dapat bersaing di level Asia dan dunia, Vanenburg memiliki kesempatan besar untuk membuktikan kualitasnya sebagai pelatih. Selain itu, Vanenburg juga akan bekerja sama dengan Patrick Kluivert di Timnas Indonesia senior.
Kerjasama antara Vanenburg dan Kluivert di harapkan bisa menghasilkan tim yang solid dan memiliki kualitas permainan yang tinggi. Kluivert, sebagai pelatih kepala, dan Vanenburg, sebagai asisten pelatih, di yakini memiliki visi yang jelas untuk membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi dalam sepak bola internasional.
Kehidupan Pribadi dan Kontroversi
Seperti halnya banyak tokoh publik, kehidupan pribadi Vanenburg juga pernah mendapat sorotan. Pada 2014, media Belanda melaporkan bahwa ia di jatuhi hukuman percobaan dua minggu penjara setelah terbukti mengancam mantan istrinya. Insiden ini sempat mengganggu kehidupan pribadinya, meskipun tidak mempengaruhi karier profesionalnya secara signifikan.
Pada 2024, Vanenburg juga harus menghadapi kehilangan besar dalam hidupnya, yaitu meninggalnya putrinya yang bernama Jaimy Vanenburg pada usia 32 tahun setelah berjuang melawan penyakit paru-paru. Kehilangan ini tentu menjadi momen sulit dalam kehidupan Vanenburg.
Kesimpulan
Gerald Vanenburg adalah sosok yang memiliki perjalanan hidup yang menarik, baik di dalam maupun di luar lapangan. Meskipun karier kepelatihannya tidak seberkilau karier pemainnya, pengalaman dan keahliannya dalam melatih pemain muda memberikan harapan baru bagi Timnas Indonesia U-23.
Dengan latar belakang yang kuat di Ajax dan PSV, serta pengalamannya dalam menangani tim muda, Vanenburg diharapkan dapat membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi di ajang internasional. Perjalanan kariernya yang panjang dan penuh tantangan menjadikannya sosok yang patut diperhitungkan dalam dunia sepak bola Indonesia.
Vanenburg kini menghadapi tantangan baru dalam karier kepelatihannya di Timnas Indonesia, dan kita semua berharap ia dapat memimpin tim ini meraih prestasi gemilang di masa depan.